Prancis akan hadapi kemungkinan parlemen yang menggantung setelah pemilihan pada Minggu (07/07), di mana aliansi sayap kiri secara tak terduga berhasil memenangkan perolehan suara, tetapi belum ada aliansi yang mendapatkan suara mayoritas mutlak.
Aliansi kiri New Popular Front (NFP) diperkirakan mendapat 172-215 kursi dalam parlemen, sementara di posisi kedua ada aliansi tengah Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mendapat 150-180 kursi.
Para pemilih memberikan kemunduran besar bagi partai nasionalis ultrakanan Marine Le Pen, Rassemblement Nasional (RN). Jajak pendapat sebelumnya memperkirakan RN akan memenangkan putaran kedua, tapi partai itu justru berada di posisi ketiga, dengan 120-152 kursi di parlemen.
PM Attal akan segera undur diri
PM Gabriel Attal akan menawarkan pengunduran dirinya kepada Presiden Macron pada Senin (08/07), setelah partainya berada di posisi kedua.
Attal juga mengatakan, jika pengunduran dirinya ditolak, dia siap untuk tetap menjabat “selama tugas menuntut,” di mana Olimpiade Paris 2024 akan segera dimulai dalam tiga minggu mendatang.
Hasil putaran kedua ini juga menjadi pukulan telak bagi Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berhaluan sentris, di mana sebelumnya dia menyerukan dilangsungkannya pemilihan cepat untuk menjernihkan situasi politiknya setelah partainya kalah dalam pemilihan Parlemen Eropa bulan lalu.
Mantan Presiden Francois Hollande melaju ke Parlemen
Mantan Presiden Prancis Francois Hollande akan menjadi salah satu anggota baru Majelis Nasional sebagai bagian dari aliansi NFP.
Pendahulu Emmanuel Macron tetap menjadi anggota Parti Socialiste (PS) kiri-tengah, salah satu anggota NFP yang lebih moderat.
“Saya tidak akan menjadi anggota parlemen pada umumnya, itu sudah jelas,” aku Hollande, mengingat latar belakangnya.
Pria berusia 70 tahun itu bersaing memperebutkan kursi Correze di sebelah timur Bordeaux, dan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa keputusannya untuk kembali berakar pada “situasi luar biasa” yang diciptakan ketika Emmanuel Macron menyerukan pemilihan cepat.
Dia mengklaim proyeksi 43,1% suara pada putaran kedua, dibandingkan dengan 31,4% untuk kandidat RN Maitey Pouget, dan sekitar 25% untuk kandidat kanan-tengah Francois Dubois.
Petahana Dubois adalah salah satu kandidat yang menolak mundur dari pemungutan suara putaran kedua meski menempati posisi ketiga pada putaran pertama. Di banyak daerah pemilihan, kandidat peringkat ketiga menarik diri agar tidak memecah belah suara yang lebih berhaluan kiri melawan RN.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Belum ada aliansi dengan suara mayoritas mutlak
Di pemilihan legislatif kali ini, tidak ada satu pun partai yang mendapatkan cukup kursi untuk menjadi suara mayoritas mutlak di parlemen.
Itu berarti, parlemen akan terbagi menjadi tiga kelompok politik utama, kiri, tengah, dan kanan, dengan sikap yang sangat berbeda terhadap berbagai isu dan tidak adanya rekam jejak kerja sama di antara ketiganya.
Parlemen yang menggantung ini bisa mengancam kekacauan pada politik Prancis, untuk menentukan siapa yang akan menjabat sebagai perdana menteri berikutnya.
Presiden Macron mungkin akan memimpin negara ini bersama dengan perdana menteri yang akan banyak menentang kebijakan-kebijakan sentralnya.
Apa komentar para pemimpin politik Prancis?
Pemimpin aliansi kiri Jean-Luc Melenchon menyebut hasil pemilu ini adalah “kelegaan yang luar biasa bagi sebagian besar orang di negara kita.”
Olivier Faure, dari Partai Sosialis yang tergabung dalam aliansi NFP, juga mengatakan “kita harus memulihkan negara ini dengan dasar yang lebih jelas dan NFP harus memimpin dalam babak baru sejarah itu.”
Faure menambahkan seharusnya tidak ada “koalisi yang berlawanan” yang dibangun di atas kebijakan-kebijakan Macron.
Sementara Presiden Sayap Kanan Jordan Bardella mengklaim bahwa “Prancis sedang dilempar ke tangan sayap kiri” dan mengutuk sayap kiri itu “aliansi yang tidak bermoral.” Sebelumnya, Bardella berharap menjadi kandidat kuat untuk jadi PM Prancis berikutnya.
Bardella juga menuduh Macron “mendorong Prancis ke dalam ketidakpastian dan ketidakstabilan.” Le Pen mengatakan “kemenangan kami ini hanya tertunda.”
Kantor Presiden Macron bahkan mengatakan pihaknya akan “menunggu” sebelum mengambil langkah untuk membentuk pemerintahan baru.