Tak banyak tokoh dunia yang pernah bertemu pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Perdana Menteri Inggris, Neville Chamberlain adalah satu dari sedikit tokoh yang berhasil menemui sang Führer. Namun sial, justru lewat pertemuan itu, Chamberlain tergocek penampilan Hitler hingga membuat Perang Dunia II pecah.
Kisah ini diceritakan oleh penulis ternama, Malcolm Gladwell dalam bukunya, Talking to Strangers. pada sore 28 Agustus 1938, Neville Chamberlain tengah mengumpulkan para menteri dan penasihatnya di 10 Downing Street. Ia mengadakan rapat untuk membahas strategi politik luar negeri terkait Jerman.
Kala itu Hitler sudah memberikan sinyal kuat untuk menyerbu Sundetenland, bagian Cekoslowakia, yang penduduknya berbahasa Jerman. Chamberlain khawatir, jika Jerman menyerbu wilayah itu, maka Perang Dunia II bisa pecah. Maka tercetuslah inisiatif untuk berunding dengan Hitler. Strategi ini ia namakan Rencana Z, sangat rahasia.
Langkah Chamberlain ini dinilai tidak biasa. Pasalnya, sangat sedikit pemimpin dunia yang benar-benar mengenal Hitler. Bahkan, Hitler dianggap sebagai sosok misterius. Presiden Franklin Roosevelt, pemimpin Soviet, Stalin hingga Winston Churchill, pengganti Chamberlain tak pernah bertemu Hitler. Churchill pernah berencana bertemu sambil ngeteh santai dengan Hitler, tapi keduanya tak jadi datang.
Kendati demikian, Chamberlain tetap ingin bertemu dengan Hitler. Ia ingin tahu, apakah Hitler termasuk orang yang bisa diajak bernegosiasi dan bisa dipercaya.
Singkat cerita, Chamberlain tiba di rumah peristirahatan Hitler di Berchtesgaden, Jerman. Hitler datang dan menjabat tangannya. Chamberlain mengatakan bahwa penampilan Hitler tidaklah mencolok. Bahkan, menurutnya, Hitler bisa dikira cuma tukang cat.
Dalam perundingan itu, Hitler mengaku ingin menguasai Sundetenland. Ketika Chamberlain bertanya apakah hanya itu yang diinginkan Hitler, sang pemimpin Nazi menjawab, iya.
“Pendeknya, aku sudah mendapat keyakinan yang kucari; meski kupikir ada sifat keras dan tega di wajahnya, aku mendapat kesan bahwa dia orang yang kata-katanya dapat dipegang,” tulis Chamberlain dalam suratnya, seperti dikutip Malcolm Gladwell.
Esok harinya, Chamberlain pulang ke Inggris dan berpidato. Dia menyampaikan bahwa ia puas setelah bertemu Hitler. Menurutnya, mereka bisa saling memahami situasi. Pidato itu disambut sorakan dan tawa publik. Chamberlain kemudian bertemu Hitler lagi. Ia semakin yakin Hitler mempunyai sikap bersahabat. Keduanya menyepakati perdamaian.
Namun, siapa sangka, perundingan Chamberlain dengan Hitler itu dianggap sebagai salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah Perang Dunia II.
Pada Maret 1939, Hitler menyerbu Cekoslowakia. Tak Sampai enam bulan, dia sudah melanggar kesepakatan dengan Chamberlain. Kemudian pada 1 September 1939, Hitler menyerbut Polandia. Perang Dunia II pecah.
Chamberlain tergocek oleh penampilan Hitler. Ia tak menyangka, Hitler yang awalnya dilihat tampak bersahabat dan sederhana, justru punya ambisi yang mengerikan.