Liga 1 2024/25 diwacanakan akan menambah slot pemain asing menjadi delapan. Hal ini mendapat dukungan, tapi juga bukan tanpa penolakan.
Kebijakan delapan pemain asing ini disebut untuk menekan harga pemain lokal yang kabarnya meroket. Ada anggapan klub lebih baik merekrut pemain asing daripada membayar mahal pemain lokal.
Sebab pemain asing dinilai punya pengalaman dan kualitas yang bisa memberikan nilai lebih buat kompetisi. Di sisi lain, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) ingin meningkatkan daya saing klub Indonesia di pentas internasional.
Saat ini kompetisi Indonesia terpuruk di peringkat ke-28 Asia sehingga tidak mendapatkan jatah tiket langsung ke AFC Champions League (ACL) Elite. Arema adalah klub Indonesia terakhir yang bertanding di pentas itu pada 2011 lalu.
Selain itu klub-klub Indonesia juga kesulitan menembus babak utama ACL sebagaimana yang dialami Persija Jakarta hingga Bali United. Baik Persija dan Bali langkahnya terhenti di babak playoff dan harus turun level ke Piala AFC.
Hal inilah yang kini menjadi perhatian PSSI. Federasi ingin klub Indonesia bisa tampil lebih baik lagi, sebab klub juga membawa nama bangsa di kejuaraan level Asia.
“Kebutuhan kita sudah tinggi. Artinya sudah harus kompetitif. Kompetisi ini harus ditingkatkan sisi kompetitifnya. Bagaimana biar liga ini kompetitifnya naik?” kata Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga dalam paparannya.
“Bagaimana supaya bisa timnas ini isinya (bukan) pemain naturalisasi semua? Makanya kompetisi ini harus dinaikkan. Agar pemain lokal ini bisa bersaing dengan pemain naturalisasi,” ujarnya menambahkan.
Sejalan dengan PSSI, PT LIB juga mengungkapkan dua pertimbangan utama dalam wacana ini. Pertama yakni menyesuaikan globalisasi di mana kabarnya AFC akan membebaskan pemain asing. Dan kedua, dari sisi teknis yakni untuk peningkatan kualitas liga.
“Regulasi masih draft, tetapi ada kejutan tidak ada batasan untuk pemain asing (AFC). Kita harus mempersiapkan dan mengukur, harus diakui kondisi kita saat ini belum ideal,” ujar Direktur Operasional T LIB Asep Saputra.
“Kita belum waktunya (tanpa pembatasan pemain asing). Delapan pemain asing, itu registrasi. Tetapi yang di dalam lapangan hanya enam pemain. Ini sepakbola global, tetapi kita balance,” ucapnya.
Namun APPI punya pandangan lain. Semakin banyak slot pemain asing yang disediakan maka akan membuat pemain lokal semakin tersingkir. Dampaknya yang paling terasa adalah semakin sulitnya pemain lokal menembus Timnas Indonesia yang kini sudah diserbu kehadiran pemain diaspora.
Peningkatan mutu klub Indonesia tidak ada kaitannya dengan penambahan slot pemain asing. Apalagi jika pemain asing yang didatangkan klub levelnya pas-pasan.
“Pemain Persija musim lalu (2022/23) yang diisi (Michael) Krmencik, Yusuf (Abdulla Yusuf Helal). Mereka punya kualitas. Ada harga, ada kualitas,” kata Presiden APPI Andritany Ardhiyasa dalam diskusi yang digelar APPI bersama PSSI Pers di GBK Arena, Selasa (25/6/2024).
“Tapi kita lihat musim ini (2023/24), tapi saya bukan bicara Persija ya, itu ada pemain asing Persikabo dari ASEAN. Harganya saya tidak tahu berapa, tapi pasti di bawah Krmencik, Yusuf, atau (Ondrej) Kudela. Tapi mereka duduk di bangku cadangan, ujung-ujungnya pemain lokal yang bermain,” ujarnya menambahkan.
Pemain Persikabo yang dimaksud Andritany adalah Myat Kaung Khant. Pemain asal Myanmar itu mencatat 16 penampilan; 11 di antaranya sebagai starter dan menyumbang dua gol.
Myat Kaung Khant bagi APPI adalah contoh pemain asing yang kualitasnya tidak lebih baik dari pemain lokal. Ketimbang memberikan slot buat pemain seperti itu, bagi APPI lebih baik dimaksimalkan untuk memberikan jam terbang buat pemain lokal.
Sementara Wakil Presiden APPI Achmad Jufriyanto khawatir penambahan slot pemain asing akan menambah daftar masalah. Musim lalu saja, kata Jufriyanto, jumlah kasus penunggakkan gaji meningkat 10 kali lipat.
Musim lalu slot pemain asing di Liga 1 adalah 5+1 Asia atau bertambah dari musim sebelumnya (2022/23) yakni 3+1 Asia. Dari penambahan dua slot asing itu nyatanya menambah masalah kasus penunggakkan.
“Dengan adanya 6 pemain asing dan 2 pemain di Liga 2 ada 10 persoalan baru yang muncul. Apakah kompetitif dengan penambahan pemain asing ini. Jumlah kasus finansial musim lalu itu adalah yang tertinggi dalam beberapa musim terakhir,” ucap Jufriyanto.
“Kalau mau meningkatkan nilai kompetisi kita, apakah bisa dengan mendatangkan pemain yang lebih murah? Jangan membandingkan kita dengan pemain naturalisasi. Mereka tumbuh dalam iklim sepakbola yang sehat,” tuturnya.
Sementara agen pemain, Mulyawan Munial, angkat bicara soal dugaan pihaknya sebagai penyebab meroketnya harga pemain. Ia tidak menolak sepenuhnya anggapan itu.
“Saya tidak mau pemain undervalue, sebisa mungkin coba ditawarkan ke klub dengan negosiasi gaji. Kalau misalnya pemain dari Rp 300 juta menjadi Rp 600 juta, saya minta ke pemain untuk kerja keras dua kali lipat,” ucap Muly.
“Tapi semua keputusan akhir keputusan di pasar, karena memang klub yang memutuskan dari akhir proses negosiasi,” tuturnya.
Saat ini aturan delapan pemain asing belum disahkan masuk regulasi Liga 1 musim depan. PSSI dan PT LIB masih menunggu keputusan kebijakan AFC yang kabarnya tidak akan memberlakukan pembatasan pemain asing.