United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) atau Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan ada lebih dari 50 ribu anak-anak di Gaza menderita kekurangan gizi akut. UNRWA menyatakan perlu adanya perawatan medis kepada puluhan ribu anak tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (15/6), UNRWA mengaku khawatir terhadap kondisi kesehatan masyarakat di Gaza. UNRWA menyebut bantuan akses kepada pengungsi di Gaza sampai saat ini masih dibatasi oleh militer Israel.
Juru bicara UNICEF James Elder juga menggambarkan sulitnya menyalurkan bantuan ke Gaza. Dia mengaku penyaluran bantuan ke seluruh wilayah pesisir yang dilanda perang selalu mengalami hambatan.
“Lebih banyak pekerja bantuan yang terbunuh dalam perang ini dibandingkan perang apa pun sejak munculnya PBB,” katanya dilansir Aljazeera, Minggu (16/6/2024).
Elder mengatakan pada Rabu (12/6) UNICEF mengirimkan truk yang berisi bantuan nutrisi dan medis untuk 10 ribu anak di Gaza. Perjalanan misi tersebut dilakukan dari wilayah Deir el-Balah ke Gaza menempuh Jarak 40 km.
“Butuh waktu 13 jam dan kami menghabiskan delapan jam di sekitar pos pemeriksaan, berdebat seputar dokumen – ‘apakah itu truk atau van’,” katanya.
“Kenyataannya truk ini tidak diberi akses. 10.000 anak tersebut tidak mendapatkan bantuan tersebut… Israel sebagai kekuatan pendudukan mempunyai tanggung jawab hukum untuk memfasilitasi bantuan tersebut,” sambung Eldeer.
Salah satu penyeberangan darat utama di Rafah telah ditutup sejak pasukan Israel merebut wilayah tersebut awal bulan lalu. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan di Gaza selatan dan tengah.
Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB, Carl Skau, menghabiskan waktu dua hari untuk menilai penderitaan warga Palestina pada pekan ini. Skau mengatakan tantangan masyarakat seperti yang terjadi di Gaza belum pernah dilihat sebelumnya.
“Situasi di Gaza selatan dengan cepat memburuk. Satu juta orang di Gaza selatan terjebak tanpa air bersih atau sanitasi di daerah yang sangat padat di sepanjang pantai di tengah teriknya musim panas. Kami melewati sungai limbah,” kata Skau.