Jakarta –
Bapolairud Polres Banyuasin, Bripka Hery Kiswanto membantu membangun Majelis dan Rumah Tahfiz Qurotu Zahra di Desa Bunga Karang, Tanjung Lago, Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Bripka Hery menyisihkan uang dari tabungan dan gajinya untuk secara bertahap membangun rumah tahfiz tersebut.
Karena kepeduliannya itu, Bripka Hery diusulkan menjadi kandidat dari Hoegeng Awards 2024. Salah seorang yang mengusulkan adalah pengurus Majelis dan Rumah Tahfiz Qurotu Zahra, Andi Nuzul. Dalam testimoninya, Andi menulis:
Kepedulian anggota Polri terhadap pendidikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dihubungi, Andi, yang dulu pernah sekelas dengan Bripa Hery saat di SMK Pembina Lemabang, menjelaskan kondisi awal tempat majelis dan rumah tahfiz yang tidak layak.
“Kalau majelis, waktu itu di atas air (kolam), jadi semua, kayu, terus atap bolong-bolong, kalau hujan nggak ada yang ngaji. Diliburin karena bocor semua atapnya, lantainya pun sudah lapuk semua,” kata Andi saat dihubungi.
Kemudian, Andi menyebut Bripka Hery membantu untuk membangun majelis dan rumah tahfiz yang rusak itu. Kebetulan, ada masjid yang mengizinkan tanahnya untuk dibangun rumah tahfiz.
“Beliau datang dan melihat tak layak dengan banyaknya anak tapi kondisinya bobrok. Beliau prihatin, beliau ajukan untuk pembangunan majelis yang baru, alhamdulillah sekarang sudah selesai sekitar 70 persen,” katanya.
Prihatin Kondisi Rumah Tahfiz
detikcom menghubungi Bripka Hery untuk mengkonfirmasi soal pembangunan Majelis dan Rumah Tahfiz Qurotu Zahra. Dia mengatakan miris dengan kondisi majelis yang mengisi tempat kosong di pasar kalangan atau tradisional tersebut.
“Tempat numpang di pasar kalangan. Pasar seminggu sekali, jadi aktivitas di pondok kalangan itu,” katanya.
![]() |
Setiap hari, murid-murid di majelis dan rumah tahfiz itu datang pada sore hari selepas asar, hingga Magrib untuk mengaji dan belajar tentang agama Islam. Mereka belajar dalam tempat yang tidak layak.
“Pasar itu seminggu sekali, tiap Selasa, jadi tak terganggu aktivitasnya. Tapi pondok dari kayu, dan tak layak,” katanya.
Melihat kondisi itu, Bripka Hery merasa miris dan ingin membantu. Dia menganggap anak-anak harus mendapat pendidikan agama.
“Prihatin. Pendidikan agama ini membentuk karakter. Makanya hibah itu membantu, apalagi anak-anak nyaman belajar, mengaji,” katanya.
Bripka Hery sempat berembuk dengan pengurus majelis dan rumah tahfiz, tokoh masyarakat. Pertemuan itu menyampaikan Masjid Az Zahra di dekat pasar mengizinkan tanahnya untuk dibangun majelis dan rumah tahfiz.
“Ada sebagian bidang tanah di samping masjid, akhirnya kita buatkanlah rumah tahfiz di sana. Saya sebagai pendukung saja, penyokong,” katanya.
Relakan Tabungan
Setelah ada lokasi dan lahan untuk membangun rumah tahfiz, Bripka Hery kemudian menyanggupi untuk membiayai pembangunan masjid. Dia menyisihkan tabungannya untuk membangun tempat yang layak.
“Pakai tabungan saya, dan niat saya untuk ibadah. Ada dari teman-teman respons, ada yang masuk bantu semen. Lumayan lah,” katanya.
Karena memiliki dana terbatas, pembangunan majelis dilakukan secara bertahap. Pembangunan dikerjakan jika memang ada dana.
“Pembangunannya nggak seperti orang bangun langsung. Berhenti dulu kalau nggak ada uang,” katanya.
![]() |
Bripka Hery mengatakan dia tak takut kekurangan uang untuk sehari-hari jika membantu pembangunan majelis. Dia yakin niat baik akan mendapat pertolongan dari Allah SWT.
“Prinsipnya, namanya berbuat amal, kita berlomba-lomba berbuat kebaikan kan. Dengan adanya kita melangkah untuk kebaikan Allah permudah langkah kita,” katanya.
“Mungkin nanti Allah gerakkan makhluk Allah lainnya. ‘Oh saya mau bersedekah.’ Saya benar-benar haru melihatnya,” katanya.
Pembangunan masjid sudah berjalan selama enam bulan. Dia mengatakan pembangunan sudah mencapai 70 persen. Hery menyebut telah mengeluarkan dana sekitar Rp 140 juta.
“Pembangunan enam bulan lalu. Pasang pondasi dulu, ada rezeki cor tiangnya. Kalau tak ada uang berhenti. Sekarang sudah 70 persen. Lantai masih tanah, tapi atap sudah tertutup. Jadi kalau ada ada acara tanah itu ditutup pakai terpal,” katanya.
Meski belum 100 persen selesai, namun sekitar 50 anak-anak telah mengaji di tempat baru tersebut.
“Sekarang aktivitas anak-anak sudah jalan, meski berlantai tanah. Tanah dialasi terpal. Setelah itu baru gulung lagi. Rencananya mau di lantai, pasang ubin,” katanya.
(aik/hri)