Mengenal Tradisi Syawalan dari Berbagai Daerah di Indonesia

Jakarta

Usai perayaan Idul Fitri, maka tibalah bulan Syawal. Ada berbagai macam tradisi dalam rangka memperingati bulan Syawal atau disebut tradisi Syawalan di Indonesia. Tradisi Syawalan dari berbagai daerah ini memiliki keunikan masing-masing.

Apa saja tradisi unik Syawalan di Indonesia? Simak daftarnya sebagaimana dihimpun detikcom:

Menurut situs Warisan Budaya Kemdikbud, Grebeg Syawal adalah suatu hajatan berupa syukuran untuk mengakhiri bulan suci Ramadan. Grebeg Syawalan dilakukan pada bulan Syawal, yakni bulan ke-10 dalam penanggalan Hijriyah dan penanggalan Jawa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah ‘grebeg’ berasal dari bahasa Jawa ‘gembrebeg’ atau ‘gumerebeg’ yang artinya sergap atau juga bermakna kegaduhan. Tradisi ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan, melalui simbol-simbol yang diwujudkan dari aneka hasil bumi dan makanan yang menghiasi kedua gunungan.

Grebeg Syawal di Kota Cirebon

Berbeda dengan Grebeg Syawal di Jogja dan di solo, tradisi Grebeg Syawal di Kota Cirebon merupakan kegiatan ziarah ke makam leluhur keraton di Astana Gunung Sembung diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal.

Grebeg Syawal dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah atas karunianya sehingga dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadan dan puasa sunnah 6 hari (puasa Syawal). Tradisi ini juga dijadikan media pertemuan (silaturahmi) dan mengukuhkan persaudaraan umat Islam (ukhuwah Islamiyah).

Sesaji Rewanda berarti pemberian makanan sebagai persembahan atau penghormatan kepada kera yang menghuni hutan di sekeliling Goa Kreo. Menurut masyarakat Talunkacang Kelurahan Kandri, Goa Kreo dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga.

Menurut situs Disporapar Provinsi Jawa Tengah, tradisi Sesaji Rewanda dilaksanakan setiap tanggal 3 Syawal oleh warga Talun Kacang Kandri Gunung Pati sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas keselamatan, berkah dan rezeki dengan memberi makan kera ekor panjang penghuni Goa Kreo.

Ketupat Taoge di Semarang

Ketupat Taoge menjadi makanan khas yang disajikan dan disantap dalam rangka menyambut dan merayakan bulan Syawal (Syawalan) di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ketupat Taoge juga biasa disebut dengan nama Ketupat Jembut atau Kupat Jembut.

Menurut situs Humas Jateng, Kupat Jembut adalah ketupat biasa yang terbuat dari beras, namun memiliki isian tauge dan sambal kelapa. Makanan khas ini biasa diperebutkan bocah-bocah karena di sela-sela janur diisi dengan uang. Tradisi ini biasa dilakukan warga di daerah Kampung Jaten Cilik, Tlogomulyo, Pedurungan.

Ter-ater Madura

Dikutip dari situs Kemenag, Ter-ater merupakan bagian dari budaya lokal yang membuat banyak orang menyimpulkan bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat yang ramah, dermawan, komunikatif, baik hati, dan memiliki solidaritas yang tinggi pada sesama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tradisi ter-ater dalam tinjauan agama, budaya, dan ekonomi.

Barong Ider Bumi atau Tradisi Ider Bumi merupakan salah satu ritual tahunan oleh Suku Osing di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Tradisi yang sudah ada sejak tahun 1800-an ini sangat disambut oleh masyarakat Osing karena berkaitan dengan keyakinan akan keberadaan Danyang Dusun Kemiren yakni Buyut Cili.

Lebaran Topat merupakan tradisi Syawalan yang masih eksis di tengah masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat merupakan tradisi masyarakat Sasak Lombok yang dilaksanakan satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Dalam Bahasa Sasak kata ‘topat’ diartikan sebagai ketupat. Lebaran Topat dirayakan oleh masyarakat Lombok diawali dengan roah atau berdoa di masjid, lalu melangsungkan ziarah ke makam penyebar agama Islam di pulau Lombok, dan diakhiri makan ketupat bersama.

Sekura di Lampung Barat

Sekura itu merupakan jenis topeng yang biasanya digunakan dalam perhelatan pesta sekura. Dikutip dari situs Kemenparekraf, masyarakat Lampung Barat biasanya merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan pesta sekura, berkeliling ke setiap kampung untuk saling bersilaturahmi. Saat pesta sekura, ada banyak kalangan ikut terlibat dan berbaur menjalin kebersamaan.

Lopis Raksasa di Pekalongan

Tradisi Lopis Raksasa merupakan tradisi Syawalan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Kota Pekalongan. Seperti dilansir Portal Informasi Indonesia, tradisi potong lopis raksasa ini menjadi hal yang paling ditunggu masyarakat Pekalongan di bulan Syawal karena mampu mempererat tali silaturahmi.

Lopis atau lupis adalah makanan berbahan dasar ketan khas Krapyak, Pekalongan, yang memiliki daya tarik dan filosofi budaya tersendiri. Lopis mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila.

Larung Sesaji di Demak

Larung Sesaji disebut juga dengan Sedekah Laut, ini merupakan tradisi Syawal di Demak. Dikutip dari Portal Informasi Indonesia, tradisi ini diselenggarakan setiap lebaran hari ketujuh oleh masyarakat di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.

Hajatan tersebut merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat setempat kepada Allah atas rezeki yang dilimpahkan dari hasil laut yang diperoleh setiap hari. Tradisi syawalan masyarakat nelayan di Demak ini juga dimeriahkan oleh pentas kesenian ketoprak dan wisata kuliner dari siang hingga malam.

Simak juga ‘Saat Perubahan Prosesi Grebeg Syawal Atas Perintah Sultan HB X’:

[Gambas:Video 20detik]

(wia/idn)

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *