Kisah tentang Janji dari Jalan yang Tertutup Proyek Polder Tanjung Barat

Proyek pengerjaan polder di sekitar Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, banjir keluhan warga. Selain menutup akses jalan, pengerjaannya molor tak sesuai dengan janji saat sosialisasi di hadapan warga.

Menyambangi proyek galian yang dikeluhkan warga. Pantauan di lokasi, Sabtu (16/3/2024), proyek itu berada tepat di sebelah Masjid Jami’ Al Murtadho. Sejumlah pekerja proyek tampak tengah bekerja di lokasi.

Jalan Nangka Raya memang bukan akses jalan utama, melainkan jalan alternatif dari arah Jalan TB Simatupang menuju Jalan Raya Tanjung Barat dan Jalan Raya Lenteng Agung.

Berbagai material pekerjaan proyek dan alat berat terpampang di lokasi. Bagian yang dikerjakan dibatasi dengan barier dan cone berkelir oranye, lengkap dengan papan informasi bertuliskan ‘jalan ditutup’ dan ‘maaf jalan anda terganggu ada pekerjaan saluran’.

Meski begitu, warga tetap melintas di area proyek itu. Padahal pekerjaan proyek tengah berlangsung.

Warga yang berjalan kaki tampak berjalan melalui bagian pinggir. Begitu pula beberapa pemotor yang memaksa melintasi area itu, mereka tetap melaju dengan kecepatan rendah.

Memang informasi penutupan jalan sudah tertera di sekitar lokasi maupun pada aplikasi penunjuk arah Google Maps. Tapi, realitas di lapangan, banyak masyarakat masih terkecoh dan melintas di jalan yang menyempit.

Terlebih pengguna kendaraan roda empat, akibatnya mereka tak bisa lewat dan harus berbalik arah.

Lokasi proyek di Jalan Nangka Raya yang belum selesai dan saat ini tengah dikerjakan sebenarnya hanya sepanjang 500 meter. Namun pengerjaan proyek harus menutup akses utama jalan tersebut.

Berjalan maju ke arah AEON Mall Tanjung Barat, pengerjaan proyek yang sama pun terlihat masih berjalan. Alhasil sebagian ruas di Jalan Raya Tanjung Barat ke arah Lenteng Agung juga masih ditutup.

Dikeluhkan Pegadang-Warga

Ketua RW 005 Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Syaifudin mengatakan memang kawasan itu bukan akses jalan utama. Namun, kata dia, di lokasi itu terdapat berbagai tempat usaha, seperti pedagang kaki lima, minimarket, hingga tempat pijat refleksi yang usahanya terdampak.

“Ini pedagang-pedagang semua, malah mereka sempat mengajak demo, karena memang efeknya ke omset mereka,” ujarnya.

“Karena akses ke sininya terganggu, sama sekali nggak bisa (dilalui). Yang biasanya yang mau ke arah Lenteng pasti kan lewat sini, entah itu orang salat atau kerja, sekarang nggak ada akses sama sekali. Jadi cuma warga saja (yang lewat),” tambahnya.

Tak hanya itu, Syaifudin menuturkan pengerjaan proyek itu turut berdampak kepada aktivitas masyarakat umum. Sebab, rangkaian pengerjaan proyek polder itu dilakukan di beberapa titik, seperti di Jalan TB Simatupang, Jalan Raya Tanjung Barat, juga di Jalan Nangka Raya.

“Kalau secara aktivitas, mereka juga sangat terganggu. Saya sering ngobrol di masjid, warga bilang kalau lewat sini bisa berjam-jam kena efek di (sekitar) Antam itu macetnya,” jelasnya.

Terlebih, kata dia, kemacetan kerap terjadi pada hari kerja. Tak jarang lalu lintas sampai terhenti akibat padatnya volume kendaraan yang melintas saat jam tertentu.

“Apalagi di hari kerja, sangat macet, bisa sampai Ragunan. Sampai stuck (lalu lintasnya), bisa cukup lama stuck-nya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *