Melonjaknya perolehan suara dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengundang perhatian publik. Di tengah rekapitulasi suara Pemilu 2024 yang tengah berjalan, suara partai yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep itu kini mencapai 3,13% versi rekapitulasi penghitungan suara sementara KPU di Sirekap.
Kenaikan suara PSI tersebut ditanggapi oleh Capres nomor urut 01 Anies Baswedan yang menyinggung soal kejahatan yang takut akan transparansi. Dirinya meminta seluruh rakyat agar turut mengawasi proses perhitungan suara.
“Ini unsur rakyat untuk memantau, mengawasi. Saya sudah katakan jauh sebelum pemilu. Datang ke TPS, awasi. Sekarang saatnya seluruh rakyat mengawasi, karena kejahatan itu takut transparansi, tidak ada kejahatan yang berani terhadap transparansi,”
Anies mengingatkan jangan sampai ada hal-hal yang malah membuat pemilu yang sudah dilakukan menjadi cacat. Dia menyinggung Ketua Umum (Ketum) PSI Kaesang Pangarep yang merupakan putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Begitu terjadi peristiwa seperti ini maka akan merusak semua. Kalau merusak semua kepercayaan rakyat akan hilang terhadap proses pemilu kemarin,” katanya.
“Dan pemerintah harus ikut bertanggung jawab walaupun ketuanya adalah anak presiden bukan berarti segala hal bisa dilakukan terhadap partai yang dipimpin oleh anak presiden,” tambah dia.
Pernyataan Anies yang menyinggung kejahatan saat membicarakan proses rekapitulasi direspons oleh jubir PSI Sigit Widodo, yang heran dengan tudingan Anies tersebut. Sigit mengatakan pihaknya tidak melihat adanya kecurangan dalam proses Pemilu 2024. Dia mengajak semua pihak menghormati proses tahapan pemilu yang masih dijalankan para penyelenggara pemilu.
“Kami tidak melihat ada kecurangan dalam proses Pemilu 2024. Seluruh penyelenggara pemilu telah bekerja keras dan harus kita hormati seluruh proses yang berjalan tanpa menyebarkan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar,” kata Sigit.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW) pun merespons soal anomali melonjaknya suara PSI dalam Sirekap. HNW menilai semua orang mengetahui adanya kejanggalan tersebut. Menurutnya, hak angket DPR bisa jadi salah satu cara untuk membuktikan adanya kecurangan.
Lonjakan 3,13% suara PSI itu juga ditanggapi oleh Presiden Jokowi dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (4/3/2024). Jokowi tidak menjawab banyak dan hanya menyerahkan urusan tersebut ke partai dan KPU.
“Itu urusan partai tanyakan ke partai, tanyakan ke KPU,” ujar Jokowi singkat.
Sedangkan KPU menegaskan tidak ada penggelembungan suara PSI dalam pemilihan legislative DPR RI 2024. KPU menyebut melonjaknya suara PSI di website pemilu2024.kpu.go.id lantaran ada kesalahan pada Sirekap.
“Tidak ada terjadi penggelembungan suara, yang ada adalah ketidakakuratan teknologi OCR (optical character recognition) dalam membaca foto formulir model C.hasil plano. Di sini pentingnya peran serta aktif pengakses Sirekap untuk menyampaikan telah terjadinya ketidakakuratan tersebut,” kata Ketua Divisi Teknis KPU RI Idham Holik,Senin (4/3/2024).
Idham menjelaskan KPU sejak awal telah menjalankan rekomendasi Bawaslu, jika Sirekap perlu diakurasi data sesuai formulir model C hasil. Idham menyebut data tersebut saat ini sedang dalam proses akurasi dan dilakukan secara berjenjang.
Sementara itu, heboh dugaan penggelembungan suara PSI di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga menjadi sorotan masyarakat. Kabar yang beredar menyebutkan penggelembungan suara PSI di Gunungkidul. Temuan ini viral beredar di media sosial setelah diunggah oleh akun media sosial
Dalam akun tersebut, mengunggah foto formulir C1 dan website KPU. Seperti di TPS 020 Wonosari, Gunungkidul, DIY, form C1 tertulis PSI mendapatkan 5 suara, namun di website KPU, terdata PSI mendapat 31 suara. Tak hanya satu TPS saja, ada sekitar 30 TPS yang mengalami situasi serupa di DIY.
Unggahan tersebut turut ditanggapi oleh yang juga ikut merekap sekitar 20 TPS dan terjadi selisih suara hingga 462 suara.
“Gw rekap manual dari 20 TPS di DIY yg dicek,sudah ada markup 462 suara. Bayangkan brp ribuan TPS lagi yg dimarkup, sampai nambah ratusan ribu suara dalam 1 hari.
“Jelas2 kecurangan TMS. Mungkinkah kalo tdk melibatkan ordal KPU?,” lanjutnya.
Menanggapi isu penggelembungan suara di TPS-TPS DIY, Ketua KPU Gunungkidul, Asih Nuryanti menuturkan rekapitulasi suara yang dipakai sesuai dengan rapat pleno di tingkat kabupaten. Asih menyebut data di laman KPU tidak menjadi landasan rekapitulasi suara.
Asih menuturkan dalam rekapitulasi tersebut telah hadir semua saksi partai dan pengawas. Penetapan dan persetujuan rapat pleno di tingkat kabupaten, kata Asih, telah diterima oleh semua pihak.
Terpisah, Komisioner KPU Gunungkidul Divisi Teknis Penyelenggara, Supami, menepis sangkaan upaya penggelembungan suara tersebut. Ia menerangkan data yang ditampilkan di laman KPU berdasarkan data dari Sirekap.
Ia menjelaskan bahwa hasil rekapitulasi suara yang digunakan ialah rekapitulasi berjenjang dan memastikan tidak ada upaya penggelembungan suara. Menurutnya, proses pendataan masih dilakukan berjenjang.
Tak hanya di Gunungkidul, lonjakan perolehan suara PSI juga ditemukan di beberapa kecamatan di Lebak, Banten yang mengalami perbedaan antara C hasil pindai dengan Sirekap. Seperti di TPS 001 Desa Bojongcae, Kecamatan Cibadak yang menunjukkan hasil C pindai kosong, namun terdata di Sirekap 55 suara.
Pihak KPU Lebak Banten juga buka suara terkait data perolehan PSI yang berbeda antara berkas C hasil dan Sirekap. KPU menyebut system Sirekap gagal memindai perolehan suara. KPU Lebak juga sudah merevisi data di Sirekap agar sesuai dengan formulir C.
Lantas apa yang sebenarnya terjadi dalam melonjaknya perolehan suara PSI? Daerah mana saja kah yang membuat suara PSI naik? Apakah lonjakan suara ini memungkinkan PSI lolos ke Senayan? saksikan pembahasan selengkapnya hanya di detikPagi.
Nikmati terus menu sarapan informasi khas secara langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, Tidak hanya menyimak, juga bisa berbagi ide, cerita, hingga membagikan pertanyaan lewat kolom live chat.