Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengharapkan performa terbaik capres dalam debat pilpres kelima atau terakhir yang akan segera digelar. Baik dari sisi gagasan dan rekam jejak maupun komunikasi publiknya.
Ia menyebut debat terakhir ini akan membahas delapan isu yang dekat dengan persoalan hidup sehari-hari, yakni kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia (SDM), dan inklusi.
“Tema dan isu yang akan dibahas dalam debat kelima ‘daging semua’ karena sangat terkait dengan persoalan hidup yang harus dihadapi rakyat sehari-hari,” ujar Fahira dalam keterangan tertulis, Rabu (24/1/2024).
“Debat terakhir ini akan menjadi kunci bagi ketiga capres untuk menarik hati pemilih lewat gagasan dan solusi konkretnya mempercepat kesejahteraan rakyat terutama lewat pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan penguasaan teknologi. Sementara, bagi pemilih, debat kelima ini akan menjadi referensi utama dalam menentukan paslon mana yang akan mereka pilih pada 14 Februari,” sambungnya.
Menurut Fahira, antusiasme masyarakat dalam menyaksikan Debat Pilpres 2024 menjadi pertanda demokrasi di Indonesia mulai tumbuh menjadi arena adu gagasan. Ia menambahkan, isu kesejahteraan sosial saat ini menjadi sangat krusial, sebab Indonesia masih belum memiliki sistem perlindungan sosial yang inklusif, tepat sasaran, berkesinambungan, dan adaptif meski sudah 78 tahun merdeka.
Ia mengatakan banyak kesejahteraan masyarakat di negara maju umumnya terjaga karena sistem jaminan sosialnya lebih resisten terhadap goncangan ekonomi dan sosial, termasuk terhadap wabah penyakit seperti pandemi COVID-19 yang lalu.
Demikian juga isu pendidikan, kesehatan, sumber daya manusia, dan ketenagakerjaan yang saat ini dan ke depan akan terus menjadi tantangan bangsa. Ia menyebut pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dijadikan titik ungkit utama kemajuan bangsa.
Sementara itu, isu utama di sektor kesehatan adalah mereformasi Sistem Kesehatan Nasional. Khususnya, reformasi menjadi lebih tangguh dan adaptif melalui penyediaan pelayanan kesehatan berkualitas, merata, dan responsif yang didukung oleh ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang memadai dan merata.
Lebih lanjut, ia mengatakan isu ketenagakerjaan kini bukan hanya soal penciptaan lapangan pekerjaan. Namun juga menjaga agar mereka yang sudah bekerja tidak menjadi pengangguran kembali karena gelombang PHK akibat ketidakpastian ekonomi.
Ia menyebut masalah ketenagakerjaan ini sangat terkait dengan SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Pemimpin ke depan harus punya rencana konkret menumbuhkan manusia Indonesia yang bertalenta. Ini karena, di masa mendatang, paradigma pembangunan di Indonesia harus berlandaskan pada peningkatan produktivitas dan daya saing untuk memacu terciptanya kreativitas dan inovasi,” kata Fahira.
“Jika ini terwujud, pembangunan ke depan lebih berkualitas, ekonomi tumbuh dan merata. Muaranya, kesejahteraan sosial dirasakan rakyat,” pungkasnya.