Sejumlah rumah penduduk terbakar di Kota Grindavik, Islandia, setelah gunung berapi di dekatnya dua kali meletus dan memuntahkan lava.
Letusan sebuah gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia, pada Minggu (14/01) dini hari, menumpahkan lava ke Grindavik.
Letusan itu terbukti menjadi “skenario terburuk” menurut seorang ahli, sehingga seluruh penduduk kota nelayan tersebut harus dievakuasi.
Dinding penahan yang dibangun setelah letusan pertama pada Desember lalu sebagian berhasil menahan lava, namun beberapa bidang dinding tak mampu menahan laju lava.
Akibatnya jalan utama menuju kota terputus oleh aliran lahar.
Dalam pidatonya yang disiarkan langsung pada Minggu malam, Presiden Islandia, Gudni Johannesson, mendesak masyarakat agar “tetap bersatu dan bersikap welas asih kepada mereka yang harus meninggalkan di rumahnya”.
Dia berharap semuanya bersikap tenang, namun “apa pun bisa terjadi”, seperti dilaporkan Kantor berita.
Guncangan kuat gempa dilaporkan muncul sebelum letusan terjadi pada sistem vulkanik Svartsengi, Desember lalu.
Beberapa pekan setelahnya, dinding penahan dibangun di sekitar gunung berapi guna mengarahkan batuan vulkanik menjauh dari Grindavik, yang dihuni sekitar 4.000 orang.
Kantor Meteorologi Islandia (IMO) mengatakan dinding penahan di sejumlah tempat tidak mampu membendung laju lava, sehingga aliran lava mencapai kota yang kemudian membakar rumah-rumah dan bangunan.
Tidak ada indikasi gangguan terhadap penerbangan domestik dan internasional pascaletusan.
Penerbangan dari Bandara Keflavik, yang lokasinya paling dekat dari pusat lava, tetap beroperasi seperti biasa, pada Senin (15/01) pagi.
Orang-orang yang datang dari pengungsian ke Grindavik, di barat daya Islandia, akibat letusan sebelumnya, terpaksa kembali meninggalkan rumahnya.
Jurnalis sains dan ahli vulkanologi, Robin Andrews, mengatakan letusan yang sedang berlangsung adalah “situasi yang sangat berbahaya dan merugikan” lantaran lava telah mencapai kota tersebut.
Dalam wawancara dengan BBC, ia menunjukkan bahwa curahan lava dari dua letusan saat ini “tidak menunjukkan tanda-tanda melambat”.
“Dalam hal durasi dan tingkat keparahan kerusakan, mustahil untuk dipetakan saat ini,” katanya.
Dia memperingatkan bahwa dampak letusan bisa menjadi “masalah” bagi orang-orang yang punya masalah pernapasan.
Alasannya, aktivitas gunung berapi melepaskan gas seperti sulfur dioksida, yang mengiritasi kulit, mata, hidung dan tenggorokan.
Perdana Menteri (PM) Islandia, Katrn Jakobsdttir mengatakan pemerintah akan menggelar rapat pada hari Senin untuk membahas langkah-langkah penempatan sementara bagi penduduk yang harus dievakuasi.
“Hari ini adalah hari kelam bagi Grindavik dan hari ini adalah hari kelam bagi seluruh Islandia, namun matahari akan terbit kembali,” katanya.
“Bersama-sama kita akan menghadapi guncangan ini apa pun yang kemungkinan akan terjadi. Pikiran dan doa kami menyertai Anda.”
Tingkat kewaspadaan di negara tersebut telah dinaikkan menjadi “darurat” tingkat tertinggi dari tiga tingkat yang menandakan adanya ancaman bahaya terhadap manusia, komunitas, harta benda atau lingkungan.
Letusan pada hari Minggu adalah yang kelima yang terjadi di sepanjang Semenanjung Reykjanes sejak 2021.
Islandia terletak di atas Punggung Bukit Atlantik Tengah, batas antara lempeng tektonik Eurasia dan Amerika Utara dua lempeng tektonik terbesar di planet ini. Islandia memiliki 33 sistem gunung berapi aktif.