Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 61 truk yang membawa pasokan medis, makanan dan air telah mengirimkan muatannya ke Gaza utara. Bantuan yang dikirimkan ketika jeda pertempuran memungkinkan untuk memasuki wilayah pesisir yang terkepung.
Selasa (28/11/2023), Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut sebanyak 200 truk lainnya telah mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza dari Nitzana, Israel. Sebanyak 187 di antaranya berhasil melewati perbatasan pada Sabtu (25/11) sore hari waktu setempat.
“Sebelas ambulans, tiga gerbong dan sebuah flatbed dikirim ke rumah sakit Al-Shifa, yang dilanda pertempuran sengit dalam beberapa hari terakhir untuk membantu evakuasi,” kata pernyataan OCHA.
“Semakin lama jeda ini berlangsung, semakin banyak bantuan yang dapat dikirim oleh lembaga-lembaga kemanusiaan ke dalam dan ke seluruh Gaza,” tambahnya sambil berterima kasih kepada kelompok Bulan Sabit Merah Palestina dan Mesir.
Sehari sebelumnya, PBB menyebut ketika gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas dimulai untuk memfasilitasi pertukaran sandera dan tahanan, total 137 truk telah mengirimkan bantuan ke Gaza.
“Kami menyambut baik pembebasan lebih banyak sandera hari ini dan memperbarui seruan kami untuk pembebasan segera dan tanpa syarat seluruh sandera. Dan kami berharap pembebasan lebih banyak tahanan Palestina membawa kelegaan bagi keluarga dan orang-orang yang mereka cintai,” kata OCHA.
Pertukaran berlanjut hingga Minggu pagi waktu setempat, dengan Hamas diperkirakan akan membebaskan total 50 sandera selama gencatan senjata empat hari dengan imbalan 150 tahanan Palestina, berdasarkan perjanjian yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Menurut pihak berwenang Israel, pejuang Hamas menculik sekitar 240 orang ketika mereka menerobos perbatasan militer Gaza dengan Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing.
Menyusul serangan paling mematikan dalam sejarahnya, pemerintah Hamas di Gaza menyebut Israel melancarkan pemboman udara, artileri dan laut di samping serangan darat untuk menghancurkan Hamas, menewaskan hampir 15 ribu orang, sebagian besar warga sipil dan termasuk ribuan anak-anak.