Parlemen Afsel Dukung Tangguhkan Hubungan dengan Israel, Tutup Kedutaan

Parlemen Afrika Selatan mendukung mosi yang menyerukan penutupan kedutaan besar Israel di Pretoria dan penangguhan hubungan diplomatik. Seruan ini ketika ketegangan meningkat antara kedua negara terkait serangan Israel di Gaza.

Rabu (22/11/2023), tindakan ini sebagian besar bersifat simbolis karena pemerintahan Presiden Cyril Ramaphosa akan menentukan apakah akan menerapkannya.

Mosi yang menyerukan penutupan kedutaan dan penangguhan semua hubungan diplomatik sampai gencatan senjata tercapai disahkan pada Selasa (21/11) dengan 248 suara mendukung dan 91 suara menentang.

Tindakan tersebut disuarakan oleh partai oposisi sayap kiri Pejuang Kebebasan Ekonomi, yang didukung oleh Kongres Nasional Afrika yang berkuasa, dan ditentang oleh anggota Aliansi Demokratik yang berhaluan tengah, mayoritas berkulit putih, dan sebagian besar pro-Israel.

Ramaphosa mengatakan negaranya yakin Israel melakukan kejahatan perang dan genosida di Jalur Gaza yang terkepung, di mana pihak berwenang Palestina mengatakan lebih dari 14.100 orang telah tewas dalam serangan udara dan darat Israel sejak 7 Oktober.

Perang di Gaza dipicu ketika kelompok bersenjata Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan yang menurut pihak berwenang di sana menewaskan sekitar 1.200 orang.

Pemungutan suara diadakan setelah Israel mengumumkan penarikan Duta Besar Eli Belotserkovsky dari Pretoria “untuk berkonsultasi”. Negara Afrika, yang tidak memiliki duta besar di Israel sejak 2018, telah lama mendukung perjuangan Palestina untuk mendirikan negara.

Banyak kelompok hak asasi manusia Palestina menyamakan antara pendudukan Israel dan rezim apartheid di Afrika Selatan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kelompok hak asasi internasional yang mengatakan bahwa kebijakan Israel terhadap Palestina merupakan kejahatan apartheid, sesuatu yang dibantah dengan tegas oleh Israel.

Afrika Selatan juga menjadi tuan rumah pertemuan puncak virtual negara-negara BRICS. Kelompok negara-negara berkembang yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera, tahan lama dan berkelanjutan yang mengarah pada penghentian permusuhan” di Gaza.

“Sebagai masing-masing negara, kami telah menunjukkan keprihatinan besar kami atas kematian dan kehancuran di Gaza,” kata Ramaphosa dalam sebuah postingan media sosial

“Biarkan pertemuan ini menjadi seruan tegas bagi kita untuk menggabungkan upaya kita dan memperkuat tindakan kita untuk mengakhiri ketidakadilan bersejarah ini. Mari kita bekerja sama untuk mewujudkan masa depan yang adil, damai dan aman bagi rakyat Palestina dan Israel.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *