Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza mengatakan bahwa 24 pasien di Rumah Sakit Al-Shifa telah meninggal dalam waktu 48 jam terakhir karena listrik padam. Ini terjadi saat pasukan Israel terus melakukan penggeledahan di RS tersebut untuk mencari tempat persembunyian Hamas.
“Dua puluh empat pasien… telah meninggal dalam 48 jam terakhir” di rumah sakit Al-Shifa “karena peralatan medis penting berhenti berfungsi karena pemadaman listrik”, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra.
Kematian tersebut disampaikan kementerian pada Jumat (17/11) waktu setempat, seperti diberitakan Al Arabiya dan AFP, Jumat (18/11/2023). Ini terjadi tak lama setelah Israel menyetujui permintaan Amerika Serikat untuk mengizinkan dua truk bahan bakar masuk ke Gaza setiap hari. Sebelumnya PBB telah mengingatkan bahwa kekurangan bahan bakar telah menghentikan pengiriman bantuan dan membuat orang berisiko kelaparan.
Di rumah sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, tentara Israel terus menggeledah pada hari ketiga untuk mencari tempat persembunyian para milisi Hamas.
Hamas membantah tuduhan Israel bahwa mereka memiliki pusat komando di rumah sakit itu, di mana ribuan orang, termasuk pasien yang terluka dan bayi prematur, berada di dalamnya. Pihak rumah sakit juga membantah klaim Israel tersebut.
Israel telah berjanji untuk “menghancurkan” Hamas sebagai tanggapan terhadap serangan kelompok tersebut pada tanggal 7 Oktober, ketika mereka menerobos perbatasan militer Gaza dan menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas juga menyandera sekitar 240 orang dalam serangan besar-besaran itu.
Rentetan serangan udara dan darat tentara Israel telah menewaskan 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak, menurut Hamas, yang telah memerintah Gaza sejak 2007.