Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengonfirmasi bahwa dua warga AS, seorang ibu dan putrinya, yang menjadi tawanan telah dibebaskan oleh Hamas di Gaza. Pembebasan dua warga AS itu berkat mediasi Qatar.
“Sesama warga negara kita telah mengalami cobaan berat selama 14 hari terakhir, dan saya sangat gembira bahwa mereka akan segera berkumpul kembali dengan keluarga mereka, yang didera ketakutan,” kata Biden dilansir Aljazeera, Sabtu (21/10/2023).
“Orang-orang ini dan keluarganya akan mendapat dukungan penuh dari pemerintah Amerika Serikat saat mereka pulih dan sembuh,” imbuhnya.
Menlu AS Antony Blinken mengucapkan terima kasih kepada Qatar atas perannya dalam pembebasan dua warga AS tersebut, namun dia menolak memberikan rincian mengenai negosiasi seputar tawanan yang ditahan oleh Hamas.
“Yang bisa saya katakan sehubungan dengan Qatar adalah dalam hal ini, kami sangat menghargai bantuan mereka,” katanya kepada wartawan.
“Kami ingin fokus untuk memastikan bahwa mereka yang masih disandera bisa pulang ke rumah bersama orang-orang yang mereka cintai,” tambahnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengatakan bahwa pembebasan dua tawanan AS di Gaza terjadi setelah ‘berhari-hari komunikasi terus menerus’ dengan semua pihak.
Majed al-Ansari mengatakan kepada Reuters bahwa Qatar berharap dialog akan mengarah pada ‘pembebasan semua sandera sipil dari setiap negara’.
Kebijakan luar negeri Qatar selama bertahun-tahun berfokus pada mediasi, dan para pejabat AS segera mengidentifikasi Qatar sebagai perantara regional dalam perang Israel-Hamas.
Hamas memiliki kantor politik di Qatar, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani mengatakan kepada wartawan pada tanggal 13 Oktober bahwa kantor tersebut merupakan kunci dalam ‘menjaga komunikasi tetap terbuka’ selama perang.
Hal ini terjadi setelah Qatar membantu menengahi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina dalam mengamankan kembalinya empat anak Ukraina. Qatar juga membantu menjadi perantara pembebasan jurnalis AS Peter Theo Curtis, yang ditahan di Suriah pada tahun 2014.
Di masa lalu, Qatar telah menjadi tuan rumah perundingan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah, faksi terbesar Organisasi Pembebasan Palestina yang mendominasi Tepi Barat, serta perundingan perdamaian AS-Taliban dan antar-Afghanistan.
Negara Teluk ini juga baru-baru ini bekerja sebagai perantara ketika Amerika dan Venezuela berupaya mencairkan hubungan.