Roda kehidupan siapa yang bisa menyangka. Pun yang dialami Nurdin yang dulu necis tapi kini malah lebih ikhlas meski mata pencahariannya lepas gara-gara virus corona.
Ditemui di sekitar Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur (Jaktim), Nurdin berlindung dari sinar matahari yang menyengat di rindangnya pepohonan. Bapak 59 tahun itu baru beberapa tahun terakhir menjajakan kopi dengan bersepeda. Starling begitu biasanya orang-orang menyebut. Pelesetan dari salah satu brand kopi ternama. Sebelumnya Nurdin mengaku jadi manajer di salah satu pusat perbelanjaan tapi pandemi virus corona (Covid-19) memaksanya membanting stir.
“Kan itu Covid, orang pada diberhentikan semua nanti bisa dipecat langsung,” kata Nurdin.
Nurdin waswas. Dia pun memilih mengundurkan diri sebelum dipecat. Biasa mengantongi 8 juta per bulan, Nurdin kini mengadu nasib di jalanan.
“Sepi-sepinya paling Rp 100 ribu, yang banyak dapat Rp 300 ribu,” ucap Nurdin yang biasa berdagang kopi dari 11.30 WIB hingga 16.00 WIB itu.
Dulu ketika masih bekerja, Nurdin sembari membiayai istrinya berkuliah sampai lulus. Kini sang istri yang bekerja sebagai guru di Pondok Kopi.
“Sekarang ngajar dia di SMP,” ucapnya.
Hidup tak selalu mulus bagi Nurdin. Dulu saat memilih mengundurkan diri sebagai manajer, anak-anaknya sempat kaget.
“Anak-anak ikutan ngomel nggak sih, paling kayak ayah nih kenapa resign sih,” kata Nurdin.
Anak-anaknya kini masih berkuliah sambil bekerja. Namun kini Nurdin lebih banyak bersyukur masih bisa mencari nafkah.
“Pernah sih paling banyak bawa uang Rp 20 ribu, Tuhan yang ngaturlah kadang-kadang habis aja dagangan,” ucapnya.