Padel (Padel Tennis) memang masih asing untuk telinga masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, ada upaya untuk memperkenalkan olahraga ini lebih jauh di Tanah Air.
Padel adalah olahraga raket yang ditemukan oleh Enrique Corcuera di Acapulco, Meksiko, pada tahun 1969. Olahraga ini kemudian merambah negara-negara Amerika Latin, seperti Meksiko, Argentina, lalu menyebar ke Eropa, terutama di Spanyol.
Uniknya olahraga ini justru lebih populer di Spanyol sehingga berdiri Federasi Padel Dunia (IPF) di Madrid pada 1991. Olahraganya memang mirip dengan tenis, tapi dengan regulasi yang berbeda.
Berdasarkan regulasi IPF (Federasi Padel Internasional), lapangan padel harus berukuran sepertiga lapangan tenis yang ditutup oleh kaca pada setiap sisinya. Panjang lapangan 20 meter dengan lebar 10 meter, serta dinding kaca belakang setinggi 4 meter dan dinding kaca samping setinggi 3 meter.
Net lapangan padel memiliki lebar 10 meter dengan tinggi 0,92 meter. Lantai lapangan padel berbahan rumput buatan yang dicampur pasir halus. Adapun dinding kaca adalah bagian dari permainan karena pemain bisa memantulkan bola ke kaca tersebut.
Sementara itu, raket padel berbeda dengan tenis atau badminton yang memiliki senar. Raket padel terbuat dari bahan semikarbon plastik fiber dengan ketebalan 38 sentimeter dan lebar 2,6 cm, panjang dari gagang hingga kepala raket adalah 45,5 cm. Bola padel sendiri mirip seperti bola tenis, bolanya memiliki ukuran diameter 6,77 cm dengan berat 59,4 gram.
Padel semakin tenar sejak 2010 karena karena sering dimainkan oleh para pesepakbola top. Bahkan klub-klub Spanyol punya komunitas padel masing-masing. Zlatan Ibrahimovic juga punya klub padel di Swedia dan Cristiano Ronaldo belum lama ini memperkenalkannya di Singapura.
Di Indonesia, ada dua orang yang pertama kali memperkenalkan Padel salah satunya adalah eks pelatih Timnas Indonesia Simon McMenemy dan juga Eric Entrena.
Eric juga memiliki akademi Padel di Bali, yakni Bali Padel Academy. Total ada empat klub padel di Bali. Dari Bali itulah, padel lantas menyebar ke seluruh penjuru nusantara.
Tak mau cuma sekadar jadi hobi, para pelaku Padel di Indonesia ingin lebih serius menggelutinya dengan membentuk organisasi bernama Pengurus Besar Padel Indonesia (PBPI) yang berada di bawah naungan KONI Pusat.
PBPI memang belum resmi didirikan karena masih berupaya memenuhi syarat seperti jumlah minimal pengurus provinsi (Pengprov), yakni 16 dari total keseluruhan provinsi Indonesia.
Oleh karenanya PBPI ingin menjadikan PON 2024 Aceh-Sumatera Utara sebagai ajang untuk lebih memperkenalkan padel ke seluruh masyarakat Indonesia. Rencananya PBPI akan memasukkan padel sebagai olahraga eksebisi.
“Olahraga padel ini kan sudah dijadikan ekshibisi di Olimpiade Paris, beberapa negara sudah oke. Artinya kalau Paris sudah eksebisi, itu Olimpiade LA (Los Angeles) sudah jadi cabor. Biasanya kan begitu,” kata ketua PBPI, Galih Kartasasmita, dalam perbincangan dengan detikSport dan sejumlah media di Jakarta Selatan, Rabu (6/9/2023) sore WIB.
“Nah kembali ke Indonesia, negara ingin padel juga diekshibisikan di PON Aceh-Sumut. Kalau sudah eksebisi PON hypenya akan naik. Nah, ini ada di bawah naungan KONI Pusat, Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI),” sambungnya.
Lebih lanjut, Galih punya impian untuk membawa Indonesia nantinya bisa berprestasi di olahraga padel, minimal di level Asia Tenggara lalu Asia. Sebab, olahraga ini terbilang baru di kawasan ASEAN sehingga Indonesia berpeluang untuk menancapkan dominasi.
“Kesempatann besar bagi Indonesia untuk masuk ke panggung Asia dan Asia Tenggara khususnya, karena pasarnya belum besar. Jadi ada peluang untuk Indonesia bisa berkembang pesat di sana.”
“Karena kami punya waktu satu tahun kan September ke September nih, targetnya dalam 3 bulan seluruh AD/ART besar sudah jadi karena kan atletnya kami bangun lagi enam bulan. Setiap Pengprov harus melatih atlet mereka secepat mungkin. Sebenarnya surat-menyurat sudah kita siapkan. Insya Allah tahun depan jadi (PBPI),” papar Galih.