Cerita Pengalaman Volunteer FIBA World Cup 2023: Banyak yang Berkesan

Kontribusi para volunteer menjadi salah satu aspek kesuksesan FIBA World Cup 2023. Pasalnya, kehadiran mereka membantu pelaksanaan piala dunia basket ini berjalan lancar dan baik, termasuk memberikan pelayanan terbaik kepada para penonton dan media.

Dalam pertandingan Kanada-Brasil, Jumat (1/9), Yessica Stephanie (21) terpilih menjadi ‘volunteer of the game’. Dia terpilih berdasarkan hasil masukan media, baik dalam dan luar negeri, perwakilan tim, dan LOC selama pelaksanaan FIBA World Cup 2023 berlangsung.

Untuk bisa menjadi volunteer FIBA World Cup terbilang tidak mudah karena harus melalui seleksi dengan berbagai kriteria tertentu. Selain itu, mereka juga harus bisa berbahasa Inggris dengan baik dan memiliki kemampuan menulis.

Meski demikian, Yessica mengaku senang dapat menjadi bagian acara ini. Pengalaman menyenangkan yang didapatnya pada FIBA Asia Cup 2022 menjadi alasan Yessica untuk kembali mendaftarkan diri di FIBA World Cup 2023.

“Sejak awal memang mendaftar di bidang media lagi, tapi sempat diterimanya di bagian marketing. Tapi saat dilihat lagi CV-nya, kebanyakan pengalaman saya menangani media, termasuk di FIBA Asia Cup, hingga dipindahkan lagi ke bagian media,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/9/2023).

Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) jurusan hukum ini mengatakan kemampuan menulis memang menjadi salah satu persyaratan. Sebab saat mendaftar, ia harus menulis tentang kekurangan dalam diri yang bisa menghambat dan kelebihan yang mendukung selama bertugas di ajang ini. Tak hanya itu, ia juga harus menjelaskan tentang dirinya melalui video dengan berbahasa Inggris.

“Saat diminta mendeskripsikan diri sendiri, saya menuliskan bahwa saya adalah pribadi yang senang belajar, komunikatif, serta bisa beradaptasi dengan cepat di lingkungan baru. Saya juga bilang bila saya bisa membuat tim ini bekerja bersama-sama tetapi juga tetap bersenang-senang,” ucapnya.

Saat kembali diterima menjadi volunteer, Yessica mengaku bahagia karena bisa belajar lebih banyak lagi. Apalagi ia mendapatkan pelatihan langsung dari FIBA, di mana para trainer mengajarkan cara bekerja secara profesional, namun juga bersenang-senang.

Pada pelatihan ini, Yessica mengatakan para volunteer diajarkan acara menangani media secara spesifik bukan dari media dalam negeri, dengan kemauan yang berbeda-beda.

“Yang aku ingat perkataan trainer FIBA, adalah bahwa kalian orang Indonesia itu sudah ramah pada dasarnya, sehingga dia pun diminta untuk menggunakan keramahan tersebut dalam perhelatan ini,” ungkapnya.

Ia menambahkan, trainer FIBA merupakan orang yang sama dengan di FIBA Asia Cup. Trainer pun mengaku puas dengan pelayanan LOC dan volunteer media sehingga menginginkan hal positif pada FIBA Asia Cup 2022 bisa diberikannya di FIBA World Cup 2023.

“Yang berkesan di sini banyak. Karena kan banyak sekali media dari luar dan dalam negeri, jadi bisa kenal banyak orang dengan kultur yang berbeda, kebiasaan berbeda, dan saling belajar. Macam aku belajar tentang negaranya mereka, dan mereka belajar tentang Indonesia dari aku. Itu pengalaman yang aku dapatkan di sini dan tidak aku dapatkan di mana-mana,” ungkapnya.

Dua kali menjadi volunteer, Yessica mengaku ketagihan. Walaupun tidak bersinggungan langsung dengan jurusannya di kampus, tapi dia mengaku tidak menutup diri untuk mengeksplor lebih luas lagi ke olahraga lainnya seperti, Indonesia open atau bahkan Piala Dunia FIFA U-17 nanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *