Berbagai upaya dilakukan Polresta Bogor Kota untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja seperti tawuran di wilayanya. Kapolresta Bogor Kota Kombes Bismo Teguh Prakoso menyebut anak-anak yang terlibat tawuran itu dibina melalui program SKCK Goes to School.
“Ini ada hal menarik bahwa kita dalam berinteraksi dengan tawuran, itu tidak hanya kita menangkap saja, tapi kita bagaimana bisa mengetahui kenapa sih tawuran itu terjadi. Jadi terhadap anak-anak yang tawuran tersebut kita menyebutnya bukan anak-anak nakal, tapi anak-anak yang belum baik,” kata Bismo di Curhat Pagi, Jumat (1/9/2023).
“Kita bina, ada namanya SKCK Goes to School, surat keterangan catatan kepolisian, karena anak-anak ini kan nantinya akan bekerja, kita harus jaga perilakunya supaya dia tetap baik dan nanti bisa bekerja,” tutur dia.
Bismo menyebut setelah melakukan pembinaan, polisi mengetahui latar belakang anak tersebut melakukan tawuran. Dia menyebut butuh kesabaran dalam mendidik remaja yang terlibat tawuran itu.
“Nah ternyata dalam pergaulan anak-anak ini dalam lingkup orang tuanya itu ada yang orang tuanya tidak tahu kelas berapa. Dan anak-anak ini sebenarnya sangat kreatif, dan sama kita itu bisa begitu akrabnya, karena kita mendengarkan dia, kemudian sabar sama anak-anak tersebut, dan ini memang harus dimiliki oleh insan Polri adalah kemampuan untuk mendengarkan, kemampuan untuk sabar, kemampuan untuk cinta sama masyarakat,” tutur dia.
Melalui program pembinaan itu, kata Bismo, polisi mendapatkan informasi tentang remaja tawuran. Para remaja tersebut juga dibina dengan kegiatan yang positif seperti menanam pohon hingga membersihkan sungai.
“Alhamdulillah sama anak-anak ini kita dapat informasi banyak, pelaku-pelaku tawuran itu kita banyak mendapatkan informasi anak-anak yang sudah kita bina. Kemudian anak-anak ini juga kita ajak untuk nanam pohon, membersihkan sungai bersama dan kegiatan positif yang lain,” kata dia.
Bismo menyebut dia juga akrab dengan anak-anak berkat SKCK Goes to School itu. Dia menyebut bahwa anak-anak itu bahkan ada yang mengambek akibat pesan melalui WhatsApp tak dibalas.
“Kayak misalnya ‘Oh, Pak ini yang disukai anak-anak seperti ini, Pak?’ itu kita mendapatkan feedback dari anak-anak, dan bagaimana anak ini kalau misalnya nggak jawab dia WA, itu hari berikutnya kita bisa dicuekin. Bagaimana kita mengerti perasaannya, mereka suka diperhatikan, mereka suka dirangkul, tahap berikutnya kami ajak anak-anak binaan kami makan bareng, nongkrong bareng, jadi sentuhan-sentuhan yang dilakukan ke anak-anak,” jelasnya.