Olympian atletik Mardi Lestari mengungkapkan kondisi terkini terkait sakitnya. Ia menyebut fisiknya sudah membaik meskipun belum sempurna.
Mardi merupakan legenda hidup atletik yang tengah menjalani pengobatan karena kanker getah bening stadium ringan. Sakit ini dideritanya sejak empat tahun terakhir.
Semula ia hanya divonis kanker getah bening. Namun setelah pengobatan selama setahun, efek samping pengobatan memengaruhi organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, dan paru-paru.
Mardi lantas menjajal jenis pengobatan herbal dan alternatif. Menurutnya, selama tiga tahun terakhir ini, kondisinya berangsur pulih. Bahkan organ-organ yang sebelumnya dinyatakan bermasalah mulai membaik.
“Kalau asam lambung alhamdulillah, fungsi hati alhamdullilah, sekarang ini tinggal paru-paru lah ada infeksi. Kelenjar getah beningnya? alhamdullilah (dulu) ada benjolan-benjolan, kami cek ke dokter sudah hilang,” kata Mardi dalam sambungan video call dengan KOI, Senin (21/8/2023).
Pengobatan itu diakuinya cukup menguras biaya, sampai harus menjual aset hingga menyewakan tempat tinggalnya. Dia kini tinggal bersama anaknya, namun mengaku berat hati untuk meminta bantuan pemerintah.
“Sebelumnya memang (ada bantuan) kantor Bank Sumut. Masalah pembiayaan kan enggak mungkin minta sana, minta sini, ya mana yang bisa mendapatkan dana, itu yang kami upayakan. Seperti ada sebidang tanah kami jual. Rumah yang biayanya besar kami kontrakkan dulu, kami tinggal sama anak,” ujarnya.
“Sebenarnya kalau itu baik pemerintah dan yang lainnya sebagai manusia, kita pasti berharap. Tapi kalau meminta rasanya agak susah, pas kita butuh, kan begitu, untuk berobat dan finansial lainnya.”
“Jadi itu kalau minta (pemerintah) rasanya aduh….. Sementara saya mau juara saja tak meminta. Berjuang, akhirnya mendapatkan prestasi,” kata Olympian Seoul 1988 dan 1992 di nomor lomba lari 100 meter.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari mengatakan bakal berusaha mencari jalan keluar untuk jaminan hari tua bagi Olympian. Agar ke depannya tidak ada Olympian yang mengalami kesulitan membiayai masalah kesehatan selepas pensiun.
“Saya bersama NOC Indonesia (KOI) tentu prihatin dengan kondisi para Olympian yang tengah sakit. Kami akan menyampaikan inisiatif kepada pemerintah bahwa perhatian harus diberikan kepada penjaga martabat bangsa. Ini tanggung jawab bersama, tak hanya pemerintah, tapi juga swasta dan perorangan,” kata Okto.
“Jadi dengan begitu kita bisa membuat misalnya asuransi bagi Olympian, entah insentif atau apa bentuknya. Kita tahu saat ini perhatian pemerintah kepada olahraga luar biasa, baik soal bonus atlet berprestasi dan lainnya,” kata Okto.
Di samping itu, KOI juga akan berkomunikasi dengan Indonesia Olympian Association (IOA). Harapannya terbangun kerja sama pemerintah dengan pihak ketiga guna mengantisipasi adanya Olympian yang kesulitan di hari tuanya.
“Situasi seperti sakit dan musibah tidak bisa dihindari. Musibah bisa terjadi, tinggal bagaimana kita menyiasati tantangan yang dihadapi Olympian. Kami akan mencoba membuka sistem, formatnya harus dimatangkan yang bisa berguna bagi para Olympian dan itu harus didukung semua pihak,” kata Okto.