dari Olimpiade, Hari Ratu, hingga Lomba 17 Agustus

Lomba tarik tambang yang identik dengan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus punya sejarah panjang. Pernah dipertandingkan di Olimpiade, loh!

Tarik tambang jadi salah satu tontonan menarik saat lomba 17 Agustus. Dua tim saling beradu kuat menarik seutas tambang hingga lawan keluar dari garis batas.

Tidak ada yang tahu pasti kapan tarik tambang pertama kali diciptakan. Berdasarkan catatan sejarah, tarik tambang telah dilakukan di berbagai kebudayaan seperti Yunani Kuno, Mesir Kuno, China, hingga India.

Pada awal abad ke-20, tarik tambang masuk dalam ajang bergengsi Olimpiade. Tarik tambang dipertandingkan di Olimpiade Paris 1900, dengan satu negara diizinkan mengirimkan lebih dari satu tim untuk memperebutkan medali juara.

Tarik tambang terus dipertandingkan di Olimpiade hingga tahun 1920. Inggris Raya tercatat sebagai negara yang paling banyak mengoleksi medali dari cabang ini dengan perolehan dua emas, dua perak, dan 1 perunggu.

Selain dipertandingkan di Olimpiade, tarik tambang juga memiliki induk federasi dunia. TWIF (Tug of War International Federation) didirikan pada tahun 1960 dan bertanggung jawab mengelola olahraga di seluruh dunia. Tercatat 70 negara tergabung ke dalam federasi ini.

Sejarah Tarik Tambang di Indonesia

Kepopuleran tarik tambang turut tersebar hingga ke Hindia Belanda. Perlombaan ini menjadi salah satu yang digelar dalam perayaan Koninginnedag atau Hari Ratu.

Koninginnedag adalah peringatan hari kelahiran Ratu Wilhemmina tanggal 13 Agustus yang pertama kali dirayakan pada tahun 1891. Perayaan ini digelar di Belanda dan seluruh tanah koloni, termasuk Hindia Belanda.

Selama Koninginnedag, orang-orang Belanda merayakannya dengan menggelar berbagai lomba yang diikuti anak-anak dan orang dewasa. Hari Ratu bertepatan dengan libur musim panas, sehingga menjadi favorit anak-anak.

Lomba-lomba yang digelar antara lain koekhappen (makan kue yang digantung dengan seutas tali), eierlopen (lari sambil membawa telur di sendok), klimmast (lomba panjat pinang), zaklopen (balap karung), spijkerpoepen (lomba memasukkan paku ke botol), versierde fiest (sepeda hias), hingga touwtrekken alias tarik tambang.

Koran De Sumatra Post terbitan 30 Agustus 1922 mengabarkan perayaan Hari Ratu Belanda di Lubuk Pakam, Sumatra Utara. Berbagai lomba digelar untuk anak-anak, masyarakat sipil, dan juga anggota kepolisian. Salah satu yang dipertandingkan adalah tarik tambang.

“Loeboeq Pakam akan menggelar acara Hari Ratu besok. Pada pukul 7 pagi ada prosesi yang diikuti anak-anak Cina dan Melayu, kemudian jam 8 ada lomba lari 300 meter oleh anggota kepolisian, serta anak laki-laki untuk 100 meter,” tulis De Sumatra Post dalam artikel berjudul ‘Koninginnedag te Loeboeq Pakam’.

“Kemudian ada lomba eierlopen oleh anak-anak perempuan, balap karung oleh bocah laki-laki, dan lomba makan bubur. Polisi dan masyarakat ikut perlombaan di lapangan terbuka: Lari estafet, tarik tambang, panjat pinang, lompat jauh, dan balap sepeda.”

Lomba-lomba pada Hari Ratu diadopsi untuk perlombaan 17 Agustus setelah Hindia Belanda merdeka dan berubah menjadi Republik Indonesia. Dari situ lomba tarik tambang kemudian identik dengan perayaan Hari Kemerdekaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *