Liverpool masih belum mendapatkan gelandang bertahan setelah melepas Fabinho. Ditolak 2 target, ‘Si Merah’ kini dalam masalah besar.
Liverpool masih mencari gelandang bertahan untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Fabinho musim panas ini. Mulanya Romeo Lavia jadi target pertama, namun klub Merseyside itu enggan memenuhi permintaan 50 juta paun dari Southampton.
Mereka menilai Soton memasang harga terlalu tinggi untuk pemain 19 tahun yang baru semusim di Premier League. Liverpool kemudian beralih ke Moises Caicedo (Brighton & Hove Albion) dan langsung menyodorkan 110 juta paun.
Tawaran itu langsung diterima Brighton, yang sebelumnya menolak beberapa proposal dari Chelsea. Persoalannya adalah Caicedo tak berminat gabung Liverpool dan memilih menunggu Chelsea, yang kemudian juga mengajukan tawaran sesuai permintaan Brighton.
Chelsea pun mengunci kesepakatan dan telah menuntaskan transfer gelandang 21 tahun tersebut. Sementara transfer Lavia juga masih diupayakan, dengan Liverpool kini malah mengirimkan tawaran baru senilai 60 juta paun buat Soton untuk menghidupkan lagi negosiasi.
“Mereka dalam posisi sulit, orang-orang tahu mereka sedang butuh banget. Mereka mengirim tawaran buat Lavia hari ini senilai 60 juta paun ketika mereka menolak membayar 50 juta paun empat atau lima hari lalu,” ujar eks bek Liverpool Jamie Carragher di Sky Sports.
“Ini kacau dan konyol banget. Masalah terbesarnya adalah Liverpool sudah tahu butuh penguatan lini tengah sejak Agustus musim lalu, 12 bulan kemarin. Jadi enggak membereskan itu dari awal ya…,” imbuhnya.
Mantan pemain Manchester United yang juga jadi komentator, Gary Neville, sepakat dengan Carragher. Liverpool sudah menempatkan diri di situasi yang rumit, sesuatu yang tak pernah terjadi pada era Juergen Klopp.
“Mereka punya masalah besar sekarang, mereka akan panik di bursa transfer dalam tiga minggu ke depan. Liverpool enggak begitu di bawah Juergen Klopp,” sambungnya.
“Mereka sudah selalu bergerak mulus dan efisien di bursa transfer. Entah bagaimana ini bisa terjadi, pastinya ini ada masalah di personel.”