Ratusan orang yang mendukung kudeta di Niger berkumpul pada Kamis (3/8) untuk aksi demo massal diibu kota Niger, Niamey. Sejumlah demonstran mengibarkan bendera Rusia berukuran raksasa Rusia.
Para demonstran berkumpul di Independence Square di jantung kota, menyusul seruan koalisi asosiasi masyarakat sipil pada hari yang menandai kemerdekaan negara itu pada tahun 1960 dari Prancis.
Issiaka Hamadou, salah satu demonstran, mengatakan bahwa “hanya keamanan yang menarik bagi kami”, terlepas dari apakah itu berasal dari “Rusia, China, Turki, jika mereka ingin membantu kami”.
“Kami hanya tidak menginginkan Prancis, yang telah menjarah kami sejak 1960 – mereka sudah ada sejak itu dan tidak ada yang berubah,” katanya.
Prancis menempatkan sekitar 1.500 tentara di Niger dalam upaya memerangi ekstremisme di Sahel.
“Saya tidak punya pekerjaan setelah belajar di negeri ini, karena rezim (Bazoum) yang didukung Prancis,” kata demonstran lainnya, seorang mahasiswa yang hanya menyebutkan nama depannya Oumar. “Semua itu harus pergi!” cetusnya.
Para pendukung kudeta di Niger mengatakan Prancis telah gagal melindungi mereka dari para ekstremis, sedangkan Rusia akan menjadi sekutu yang lebih kuat.
Presiden terpilih Niger Mohamed Bazoum (63) digulingkan seminggu yang lalu oleh para pengawalnya sendiri dalam kudeta yang dikutuk oleh Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan PBB.
Dilaporkan bahwa Bazoum masih ditahan di istana kepresidenan pada Kamis sore waktu setempat. Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas negara itu saat ini.
Prancis dan blok regional Afrika Barat ECOWAS telah menyerukan pembebasan segera Bazoum. Mereka menyerukan Niger untuk kembali ke tatanan konstitusional.