Kala itu warga Subang, Jawa Barat (Jabar) itu mencari sendiri informasi soal donor ginjal dari media sosial. “Dari situ itu ada yang isi postingan itu dibutuhkan donor ginjal A, B, AB, atau O. Syaratnya ini ini ini,” ucap Hanim di Polda Metro Jaya pada Jumat, 21 Juli 2023.
Hanim mendapat larangan dari istinya untuk donor ginjal, namun tetap dijalankan. Dia menghubungi pengunggah donor ginjal itu yang kemudian diteruskan untuk menghubungi seseorang yang disebutnya sebagai broker di Bojonggede, Bogor.
Awalnya Hanim hendak melakukan transplantasi ginjal di salah satu rumah sakit di Jakarta tapi ada salah satu persyaratan yang tak terpenuhi yaitu persetujuan istrinya. Akhirnya Hanim pun diarahkan berangkat ke Kamboja.
Namun proses ke Kamboja itu tidak serta merta. Selama setahun Hanim tinggal di rumah sang broker hingga pada Juli 2019 dirinya berangkat ke Kamboja.
Bertemu Miss Huang
Hanim tak sendirian ke Kamboja, ada dua orang yang menyertainya ke Kamboja. Setibanya di sana, mereka dijemput dan diinapkan di salah satu lokasi penginapan. Di situ Hanim dikenalkan dengan seorang wanita disebut Miss Huang.
“Saya dipertemukan dengan Miss Huang. Entah apakah dia orang China atau orang Indonesia saya kurang hafal ya pokoknya namanya Miss Huang, yang mengatur di sana,” kata Hanim.
Sebelum menjalankan transplantasi ginjal, Hanim melakukan medical check up menyeluruh di Preah Ket Mealea Hospital, rumah sakit militer Kamboja. Salah satu rekannya gagal dalam tahap medical check up.
“Saya sama temen saya yang cewek lolos, yang satunya gagal,” ucapnya.
Setelah menjalani medical check up, keesokannya ia langsung menjalani operasi transplantasi ginjal. Hanim tinggal di Kamboja sepekan lebih pascaoperasi sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.
“Besoknya itu dilakukan operasi, setelah operasi masa penyembuhan sekitar 10 hari dan saya kembali ke Indonesia. Saya istirahat di Indonesia sekitar satu-dua bulan,” katanya.
Hanim mengaku mendapatkan bayaran ratusan juta rupiah setelah menjual salah satu ginjalnya. Kini, Hanim hidup hanya dengan satu ginjal.
“Waktu itu 2019 dibayar Rp 120 juta,” kata Hanim.