Direktur Persebaya Surabaya Candra Wahyudi punya unek-unek soal larangan suporter away. Klub tidak dibantu hal teknis, aturan tersebut sulit diaplikasikan.
Larangan suporter menyaksikan laga tandang di stadion menjadi aturan di Liga 1 2023. Sampai empat pekan Liga 1 berjalan, aturan ini tidak efektif karena filter kehadiran suporter tim tamu sulit dilaksanakan.
Di sisi lain, mayoritas klub Liga 1 sudah menjual tiket secara online yang artinya bisa dijangkau siapa saja. Kondisi semakin memudahkan fans tim tamu untuk membeli tiket pertandingan.
Candra Wahyudi mencontohkan, kalaupun ada pencekalan domisili itu bisa diakali dengan meminjam identitas suporter tuan rumah. Akal-akalan soal atribut juga bisa dilakukan suporter, contohnya ketika sudah masuk stadion langsung memakai perlengkapan tim tamu.
Adapun klub bukannya tanpa usaha, misalnya dengan menggelar nonton bareng (nobar) laga tandang yang menjadi bagian untuk mencegah suporter away. Tapi komunitas lainnya tidak ikut nobar dan memilih menghadiri laga tandang.
Sekelompok Bonek misalnya yang tetap hadir di Stadion Jatidiri dan Stadion Manahan saat Persebaya dijamu PSIS Semarang dan Persis Solo. Secara aturan memang melanggar, tapi tak ada bentrokan yang terjadi karena Bonek mendukung langsung dengan sportif.
“Ternyata dua pertandingan itu berjalan adem-adem saja. Tidak ada kerusuhan antar suporter. Kedua kubu suporter saling menyemangati tim masing-masing dengan sportif. Bonek tahu diri ketika merayakan kemenangan di kandang Persis. Bonek juga berbesar hati ketika Persebaya kalah di markas PSIS,” tulis Candra Wahyudi di kolom laman resmi Persebaya.
“Bukankah pemandangan seperti ini yang kita inginkan? Bukankah ini yang juga diharapkan PSSI? Nyatanya, akal sehat kita tidak sama dengan Komdis. Pertandingan yang lancar dan kondusif pun tetap dijatuhi sanksi. Tidak hanya Persebaya, juga klub-klub lain. Pokoknya, pertandingan yang ada suporter tamu langsung diganjar vonis Komdis,” lanjut tulisan Candra Wahyudi.
“PSSI berkilah regulasi ini adalah bagian dari transformasi sepak bola Indonesia pasca Tragedi Kanjuruhan. Harapannya, pertandingan jadi lebih kondusif. Tapi, aturan itu hanya sebatas deretan huruf yang terangkai menjadi kata-kata saja. Tidak ada teknis lebih detail saat mengaplikasikan di lapangan.”
Saat klub sudah berusaha meski tanpa bantuan, nyatanya tetap mendapat sanksi dari Komite Disiplin. Sebagaimana sanksi yang didapat Persebaya baru-baru ini atas aksi Bonek menghadiri laga away.
Yang semakin membuat Candra Wahyudi heran, sanksi yang dijatuhkan Komdis juga berat sebelah. Sidang Komdis tak pernah menghadirkan saksi dari pihak klub, tahu-tahu sudah menjatuhkan vonis saja.
Sudah begitu, lanjut Candra Wahyudi, klub tak punya hak untuk banding. Klub akhirnya jadi pihak yang terus disalahkan atas terjadinya pelanggaran suporter away.
“Apakah Komdis punya solusi? Entahlah. Apakah Komdis tahu bagaimana cara mencegah kedatangan suporter tamu? Rasanya juga tidak,” tulis Candra Wahyudi.