Kremlin pada hari Sabtu mengecam keputusan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk memulangkan beberapa komandan pasukan Ukraina yang seharusnya tetap berada di Turki sampai akhir konflik berdasarkan kesepakatan.
Dilansir AFP Minggu (9/7/2023), Kepresidenan Ukraina menegaskan bahwa mereka telah mengamankan kembalinya anggota resimen Azov, yang dibenci di Rusia, setelah “bernegosiasi dengan pihak Turki”.
Mereka disambut di bandara Istanbul oleh Zelensky, yang sedang berkunjung ke Turki.
“Kembalinya komandan Azov dari Turki ke Ukraina tidak lain adalah pelanggaran langsung terhadap ketentuan perjanjian yang ada,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip oleh kantor berita Rusia.
Dia mengatakan Ukraina dan Turki telah melanggar ketentuan perjanjian, di mana orang-orang itu seharusnya tetap berada di Turki sampai akhir konflik.
Peskov mengatakan kembalinya itu terkait dengan “kegagalan serangan balasan” yang diluncurkan oleh Ukraina, dan keinginan Ankara untuk menunjukkan “solidaritas” menjelang pertemuan puncak NATO 11-12 Juli di Vilnius.
“Persiapan untuk KTT NATO sedang berlangsung dan tentu saja ada banyak tekanan terhadap Turki,” katanya.
Bagian dari resimen Azov dari tentara Ukraina, yang dibentuk atas dasar batalion ultranasionalis dengan nama yang sama, ditangkap oleh pasukan Rusia setelah jatuhnya Mariupol pada Mei 2022.
Dirayakan sebagai pahlawan di Ukraina atas perlawanan keras mereka di dalam pabrik Azovstal selama pengepungan Mariupol, para pejuang Azov dicerca di Rusia karena hubungan mereka dengan ultranasionalis Ukraina.