Jakarta –
Warga wilayah Cikoko Barat III, Pancoran, Jakarta Selatan, Hasan Alhabsy membuat aduan pada aplikasi Jakarta Kini (JAKI) soal keresahannya akibat limbah kotoran sapi yang ada di sekitar permukiman. Hasan mengatakan laporannya di aplikasi dianggap telah selesai, namun menurutnya tidak demikian.
“Di sini (aplikasi Jaki) sudah selesai tulisannya, padahal lihat sendiri belum selesai,” kata Hasan saat ditemui, Sabtu (24/6/2023).
Hasan berharap ada tidaklanjut konkret dan jangka panjang soal aduannya. Menurutnya hal itu penting untuk kesehatan lingkungan sekitarnya.
Adapun Hasan mengadukan keresahannya soal limbah kotoran sapi yang dibuang di saluran pembuangan di kawasan rumahnya. Menurutnya hal itu melanggar aturan dan membahayakan kesehatan lingkungan.
Terlebih, lanjut Hasan, pencemaran limbah itu berbahaya terhadap istrinya yang kini tengah mengandung. Dia khawatir limbah kotoran tersebut bakal berdampak pada kesehatan kaum rentan di wilayah tersebut.
“Kotoran sapi ini sangat bahaya. Bukan apa-apa saya hanya mau ngeprotect istri saya yang lagi hamil. Ibu hamil itu sensitif sekali apalagi soal bau,” ucapnya.
Hasan mengaku baru lima bulan berada di permukiman itu. Mulanya dia tak merasa ada yang aneh dengan kawasan tersebut.
Hingga satu bulan berlalu dia merasakan keanehan berupa bau tak sedap yang kerap tercium di sekitar rumahnya. Setelah mencari tau ternyata bau tak sedap tersebut bersumber dari kotoran sapi milik salah satu tetangganya yang memiliki ternak sapi.
“Kalau hujan baunya menguap luar biasa. Di selokan juga jadi banyak sekali nyamuk. Saya sampai fogging dua kali karena memang kotor sekali jadinya saluran airnya,” bebernya.
Menindaklanjuti hal itu, Hasan mengaku mulanya mencoba melaporkan hal tersebut ke pihak Kelurahan Cikoko dan membuat pengaduan melalui aplikasi Jaki. Namun menurutnya masalah pencemaran itu tak ditanggapi serius sehingga tidak diselesaikan dengan tuntas.
“Makannya aku lempar ke pusat biar selesai masalah ini. Kalau sekarang kesannya saling lempar tanggung jawab dari dinas ini ke dinas ini,” ucap Hasan.
Hasan berharap aduannya dapat ditindak lanjuti dengan tuntas. Selain itu, dia juga meminta pemerintah untuk menertibkan tetangganya atau peternak sapi tersebut sesuai aturan yang ada.
“Saya nggak punya kepentingan apa-apa, yang saya adukan pure karena saya khawatir sama limbah kotoran yang bisa jadi sarang penyakit itu,” ungkapnya.
“Setidaknya dinas terkait bisa menertibkan (peternak sapi). Kalau dia tidak punya izin persetujuan lingkungan, lakukan apa yang harus dia lakukan dulu. Hal-hal dasar seperti itu memang sudah selayaknya harus dipenuhi,” tandas Hasan.
Dia menegaskan tak memiliki kepentingan lain soal aduan tesebut. Hasan juga mengaku sudah mencoba membuka komunikasi dengan pemilik ternak, namun tak diindahkan.
“Saya sudah melalui jalur mediasi dari lurah, tapi tidak ada respon baik. Makannya saya tegas, karena ini masalah penting,” pungkasnya.